udara cukup tipis saja
pelan menggugurkan daun-daun
dan reranting kering akasia
di tepian jalan
tempatku berangkat dan pulang
di kota- yang kerap kukutuki diam-diam
hari ini sehari setelah perayaan “Shin Chia”
aku bahkan belum mengirimkan sekadar
puisi sebagai hadiah
atau sekadar kata-kata
dibungkus doa-doa penuh berkah
udara sedari pagi tipis saja
frekuensi radio menderukan beragam berita:
tragedi tugu tani- sederetan pejalan kaki di tewaskan pengemudi di minggu tengah hari
pemerkosaan mahasisiwi
hingga sisa-sisa konser katy perry
udara masih tipis saja
kau berada di mana...
fatmawati, 24 januari 2012
Bissmillahirrahmanirrahim...Ya Allah semoga Engkau membuka hatiku seluas samudera untuk sabar dan ikhlas menyelami Samudera CintaMu yang maha luas dengan ilmuMu dan keridhaanMu dan kelak angkatkan aku dari tempat paling rendah menuju surgaMu tempat paling indah yang dihuni setiap hambaMu yang saleh dan salehah...Amin Ya Allah Ya Robbal 'Alamin
Kamis, 26 Januari 2012
Melankoli Pagi
___Pagi adalah secangkir kopi
dan setangkup roti tanpa isi
hanya olesan tipis margarine
dalam kemasan paling ekonomi
atau selai dalam botol bening paling mungil
berlabel strawbery
Pagi berarti jendela yang membuka
disusul langkah-langkah pelan
menuju beranda
Pagi adalah berita, tersaji
datang-pergi, silih-berganti
mana yang kau sukai:
kebahagiaan semu drama layar kaca
demonstran yang membakar diri di depan istana
cuaca tak terduga
atau sepi yang selalu sama
dari puisi-puisi lama
Lalu pagi adalah gerimis
yang datang menanggalkan
angka-angka liris
dari kalender putih
membungkus tubuh usia yang kian ringkih
___Gang pendidikan, 16 Januari 2012
dan setangkup roti tanpa isi
hanya olesan tipis margarine
dalam kemasan paling ekonomi
atau selai dalam botol bening paling mungil
berlabel strawbery
Pagi berarti jendela yang membuka
disusul langkah-langkah pelan
menuju beranda
Pagi adalah berita, tersaji
datang-pergi, silih-berganti
mana yang kau sukai:
kebahagiaan semu drama layar kaca
demonstran yang membakar diri di depan istana
cuaca tak terduga
atau sepi yang selalu sama
dari puisi-puisi lama
Lalu pagi adalah gerimis
yang datang menanggalkan
angka-angka liris
dari kalender putih
membungkus tubuh usia yang kian ringkih
___Gang pendidikan, 16 Januari 2012
Jumat, 06 Januari 2012
Senja, Malam dan Pagi
(1)
…dan senja mulai menampakkan diri
dengan rambut jingganya yang terurai
menyambut burung-burung datang
dari arah terbit matahari
membawa nyanyian merdu
yang di cipta oleh pagi
lewat tawa para bidadari…
(2)
Aku ingin rebah di dada malam
yang hening
tempat ia menyimpan butiran
embun bening
yang akan ia letakkan
di kelopak mata pagi
ketika gerbang langit membuka
oleh kuning cahaya
lalu biarkan aku tetap menyimpan
embun bening itu
di hening dadaku
walau pagi akan berlalu
walau mentari semakin berjarak
dariku…
(3)
Pagi yang putih.
Telah menyisakan seuntai senyum
pada matahari yang lamat mendaki
pada kisah hari yang telah di mulai
angin datang membawa kabar
daun-daun dan kelopak pun menebar
lalu tanah menanam biji dan benih
di dalam rahim akar
begitulah kehidupan berjalan
dan kisah waktu terus berputar
seperti rindu yang mendebar
memaut lembut rasa kasih yang sabar
menanti waktu perjumpaan…
Jakarta, 2010
…dan senja mulai menampakkan diri
dengan rambut jingganya yang terurai
menyambut burung-burung datang
dari arah terbit matahari
membawa nyanyian merdu
yang di cipta oleh pagi
lewat tawa para bidadari…
(2)
Aku ingin rebah di dada malam
yang hening
tempat ia menyimpan butiran
embun bening
yang akan ia letakkan
di kelopak mata pagi
ketika gerbang langit membuka
oleh kuning cahaya
lalu biarkan aku tetap menyimpan
embun bening itu
di hening dadaku
walau pagi akan berlalu
walau mentari semakin berjarak
dariku…
(3)
Pagi yang putih.
Telah menyisakan seuntai senyum
pada matahari yang lamat mendaki
pada kisah hari yang telah di mulai
angin datang membawa kabar
daun-daun dan kelopak pun menebar
lalu tanah menanam biji dan benih
di dalam rahim akar
begitulah kehidupan berjalan
dan kisah waktu terus berputar
seperti rindu yang mendebar
memaut lembut rasa kasih yang sabar
menanti waktu perjumpaan…
Jakarta, 2010
Halaqah Malam
ada angin datang, seketika dingin membentang
namun begitu, biarkan aku
tetap menyimak pohon malam
menggugurkan daundaun hening
:halaqah langit paling diam
oh, di permukaan kitab yang menua
betapa jiwaku telah menjadi lamur
tersaruk aku dalam labirin umur
tik tak detak jam serupa busur sepi
pada runcing hujan
memanah bara api
lalu bagai jeda nafas
menuntun rangkaian bunyi
hurufhuruf malam lepas
membangun rakaat sunyi
jakarta, penghujung desember 2011
namun begitu, biarkan aku
tetap menyimak pohon malam
menggugurkan daundaun hening
:halaqah langit paling diam
oh, di permukaan kitab yang menua
betapa jiwaku telah menjadi lamur
tersaruk aku dalam labirin umur
tik tak detak jam serupa busur sepi
pada runcing hujan
memanah bara api
lalu bagai jeda nafas
menuntun rangkaian bunyi
hurufhuruf malam lepas
membangun rakaat sunyi
jakarta, penghujung desember 2011
Rabu, 04 Januari 2012
10 Puisi Mini
Kelam
gemulung awan
menjadi rintik hujan
di tengah kolam
ikan-ikan menyelam
menjemput cahaya
dari kelam
Di Batu Sepi
di batu sepi
debu-daun menepi
setelah hujan reda
kau memasang lentera
di ufuk jingga menyala
kini langit tlah bersalin rupa
kita menggenapi segala lupa
Sabar
kusinggahi malam
dalam cahaya langit yang jatuh
gemebyar
biarkan gambar dukaku memudar
hingga kanvas hatiku kian lembar
Pada Tikar
pada tikar lusuh ini
waktu singgah
dan pergi
malam mengejawentah
segala mimpi
keningmu berkisah
di tiap anyaman ini
Gerimis
gerimis datang
kubawa langkah pulang
pintu terbuka
kucari suaramu
ke segala penjuru
Kincir
putaran kincir
butir waktu bergulir
awal dan akhir
lumpur lebur ke akar
tangis ziarah fajar
Lepas
menitis hujan
hembusan angin senja
hening lautan
bakung dalam jambangan
lerai tiap kenangan
Gambar
selembar kertas terbang
singgah di bangku taman
gambar wajahmu
kenangan berlepasan
dari sekat mimpiku
Kisahmu
akhirnya tibalah musim itu
bumi di selimuti salju, katamu
hanya ada wajah-wajah dingin
dalam mantel-mantel tebal berbulu
berkelebat ke segala arah
mencari anggur yang tumpah
Di Pesarehan
hanya batu-batu sunyi
tersepuh matahari
daun-daun kering jatuh
dari ranting mahoni
beribu-ribu nyeri
melantakkan diri
seandainya bisa kembali bermula
kulebur doa menjadi baka
(2011)
gemulung awan
menjadi rintik hujan
di tengah kolam
ikan-ikan menyelam
menjemput cahaya
dari kelam
Di Batu Sepi
di batu sepi
debu-daun menepi
setelah hujan reda
kau memasang lentera
di ufuk jingga menyala
kini langit tlah bersalin rupa
kita menggenapi segala lupa
Sabar
kusinggahi malam
dalam cahaya langit yang jatuh
gemebyar
biarkan gambar dukaku memudar
hingga kanvas hatiku kian lembar
Pada Tikar
pada tikar lusuh ini
waktu singgah
dan pergi
malam mengejawentah
segala mimpi
keningmu berkisah
di tiap anyaman ini
Gerimis
gerimis datang
kubawa langkah pulang
pintu terbuka
kucari suaramu
ke segala penjuru
Kincir
putaran kincir
butir waktu bergulir
awal dan akhir
lumpur lebur ke akar
tangis ziarah fajar
Lepas
menitis hujan
hembusan angin senja
hening lautan
bakung dalam jambangan
lerai tiap kenangan
Gambar
selembar kertas terbang
singgah di bangku taman
gambar wajahmu
kenangan berlepasan
dari sekat mimpiku
Kisahmu
akhirnya tibalah musim itu
bumi di selimuti salju, katamu
hanya ada wajah-wajah dingin
dalam mantel-mantel tebal berbulu
berkelebat ke segala arah
mencari anggur yang tumpah
Di Pesarehan
hanya batu-batu sunyi
tersepuh matahari
daun-daun kering jatuh
dari ranting mahoni
beribu-ribu nyeri
melantakkan diri
seandainya bisa kembali bermula
kulebur doa menjadi baka
(2011)
Re: Curhits Kantoran
(Mba Ingrid, Malaikat kecil)
lalu tak lupa ia selipkan pula sekelumit kata-kata dalam hatinya. kata-kata yang nanti akan ia rangkai menjadi nyanyian puisi yang selalu ia tandai di antara senar tua dawai. dengan begitu ia merasa sudah mampu melewati sepi di hari ini. hingga rongga yang ada itu tidak terlalu terasa kosong.
lantas ia membawa gerak langkahnya bergegas melintas ruang-ruang yang ia anggap begitu senyap. hingga jejaknya yang tipis perlahan hilang dan menjadi kalis tersapu gerimis atau mungkin juga tangis.
namun ia selalu merasa lega telah menyembunyikan itu semua. di dalam ingatannya, di dalam kenangannya.
Salam Mba Ingrid, duh, maaf ya nimburungnya ga bisa sabagus karyamu mba.... :D
(sahabatku di BuMa)
lalu tak lupa ia selipkan pula sekelumit kata-kata dalam hatinya. kata-kata yang nanti akan ia rangkai menjadi nyanyian puisi yang selalu ia tandai di antara senar tua dawai. dengan begitu ia merasa sudah mampu melewati sepi di hari ini. hingga rongga yang ada itu tidak terlalu terasa kosong.
lantas ia membawa gerak langkahnya bergegas melintas ruang-ruang yang ia anggap begitu senyap. hingga jejaknya yang tipis perlahan hilang dan menjadi kalis tersapu gerimis atau mungkin juga tangis.
namun ia selalu merasa lega telah menyembunyikan itu semua. di dalam ingatannya, di dalam kenangannya.
Salam Mba Ingrid, duh, maaf ya nimburungnya ga bisa sabagus karyamu mba.... :D
(sahabatku di BuMa)
Re: Bunga-bunga Putih Franky
Musim Bunga Telah Pergi
Oh -musim bunga- itu kini gugur
tak kulihat lagi -anakanak bertopi koran-
di simpangsimpang jalan
semoga padi masih terus menguning
menyemaikan petakpetak harapan
dan angin menggemakan tembang
tentang -lelaki dan rembulan-
hingga kulihat burungburung berdatangan
mengiringi tembangmu melepas selamat jalan
memoar of Franky Sahilatua
sang "Lelaki dan Rembulan"
wafat di Jakarta, Rabu 20 April 2011
*puisi balasanku teruntuk puisi mas Khamid Istakhori sahabatku di BuMa...Puisi persembahan teruntuk Penyanyi legendaris yang berpulang ke pangkuan Ilahi...Franky Sahilatu...Selamat Jalan Abang...
Oh -musim bunga- itu kini gugur
tak kulihat lagi -anakanak bertopi koran-
di simpangsimpang jalan
semoga padi masih terus menguning
menyemaikan petakpetak harapan
dan angin menggemakan tembang
tentang -lelaki dan rembulan-
hingga kulihat burungburung berdatangan
mengiringi tembangmu melepas selamat jalan
memoar of Franky Sahilatua
sang "Lelaki dan Rembulan"
wafat di Jakarta, Rabu 20 April 2011
*puisi balasanku teruntuk puisi mas Khamid Istakhori sahabatku di BuMa...Puisi persembahan teruntuk Penyanyi legendaris yang berpulang ke pangkuan Ilahi...Franky Sahilatu...Selamat Jalan Abang...
Bianglala
Bianglala
Kini biarkan aku duduk dengan sabar
di sudut selasar
menanti gemuruh petir reda
setelah itu aku akan berjalan
menuju tepian samudra
menjemput selengkung bianglala
yang terpalung di relung hujan
untuk kuselendangkan di pundak duka
Karunia yang terlahir dari ruh cahaya
Jakarta, 28 April 2011 (Jumadil Awal 1432 H)
Note: diambil dari puisi balasanku teruntuk puisi malaikat kecil-di buma
Kini biarkan aku duduk dengan sabar
di sudut selasar
menanti gemuruh petir reda
setelah itu aku akan berjalan
menuju tepian samudra
menjemput selengkung bianglala
yang terpalung di relung hujan
untuk kuselendangkan di pundak duka
Karunia yang terlahir dari ruh cahaya
Jakarta, 28 April 2011 (Jumadil Awal 1432 H)
Note: diambil dari puisi balasanku teruntuk puisi malaikat kecil-di buma
Langganan:
Postingan (Atom)