sekulum senyuman
menepis jalaran duka
menggelayut perlahan
di sayap senja
dan jeritan camar
memperdengarkan irama kesedihan
seiring pecah tangis ombak di lautan
hingga mengoyak tabir malam
yang erat membalut perih
diantara sepi dan hening
yang samar
lalu ulurkan jemariMu
merangkum isakan-isakan pilu
dan mengajariku
memetik nada-nada duka
di sudut teras waktu
Selepas Isya’, 16 Oktober 2009
Bissmillahirrahmanirrahim...Ya Allah semoga Engkau membuka hatiku seluas samudera untuk sabar dan ikhlas menyelami Samudera CintaMu yang maha luas dengan ilmuMu dan keridhaanMu dan kelak angkatkan aku dari tempat paling rendah menuju surgaMu tempat paling indah yang dihuni setiap hambaMu yang saleh dan salehah...Amin Ya Allah Ya Robbal 'Alamin
Selasa, 29 Juni 2010
Bayang
Mengapa tak kau datangi saja malam
bukankah ia yang selalu meredam seribu tangisan
di dasar matanya yang kelam
atau kau berbincang dengan kerumunan gemintang
bercerita tentang sekerlip kunang-kunang
berputar menyusuri rawa-rawa
barangkali ia terjatuh dari puncak gugusan
dan sedang mencari jalan pulang
ah, sedih itu masih berbayang
berjuntai menutupi sudut ruang kenang
dan musim terasa sangat lamban
berjalan…
17 Juni 2010 (04 Rajab 1431H)
bukankah ia yang selalu meredam seribu tangisan
di dasar matanya yang kelam
atau kau berbincang dengan kerumunan gemintang
bercerita tentang sekerlip kunang-kunang
berputar menyusuri rawa-rawa
barangkali ia terjatuh dari puncak gugusan
dan sedang mencari jalan pulang
ah, sedih itu masih berbayang
berjuntai menutupi sudut ruang kenang
dan musim terasa sangat lamban
berjalan…
17 Juni 2010 (04 Rajab 1431H)
Dukacita
Lalu kuhirup wangi tawamu lewat sudut mata
yang masih menyimpan sedikit lelah
selepas mengantar langkahmu
menyusuri tepian hulu
menuju ke sebuah muara
bayang-bayang mentari pun masih terjatuh
menerpa daun-daun kemuning yang melingkupi pusara
melagukan gemerisik lirih tembang-tembang kedatangan
oleh hembusan dingin angin utara
dan menyeru kerumunan burung-burung
yang tengah mencecapi bebatuan
melucuti senyap
menyesapi ratap
dari relung dada kita
lalu dari sudut ruang dukacita
hendaklah kita mampu melepas
seberkas makna
dari rerimbun kerlip kenangan
tertanam di kisaran-kisaran waktu
yang terus mengekalkan butiran warna dan kejadian
bahwa sejatinya kehilangan itu
tak pernah ada
karena memang kita tak pernah
memiliki apa-apa
14 Juni 2010 (01 Rajab 1431 H)
yang masih menyimpan sedikit lelah
selepas mengantar langkahmu
menyusuri tepian hulu
menuju ke sebuah muara
bayang-bayang mentari pun masih terjatuh
menerpa daun-daun kemuning yang melingkupi pusara
melagukan gemerisik lirih tembang-tembang kedatangan
oleh hembusan dingin angin utara
dan menyeru kerumunan burung-burung
yang tengah mencecapi bebatuan
melucuti senyap
menyesapi ratap
dari relung dada kita
lalu dari sudut ruang dukacita
hendaklah kita mampu melepas
seberkas makna
dari rerimbun kerlip kenangan
tertanam di kisaran-kisaran waktu
yang terus mengekalkan butiran warna dan kejadian
bahwa sejatinya kehilangan itu
tak pernah ada
karena memang kita tak pernah
memiliki apa-apa
14 Juni 2010 (01 Rajab 1431 H)
Dalam Doa
Dalam genangan waktu
angin tajam menikam
jantung malam
cahaya langit luruh
menyelami sepi
lalu malam mengantarkan beribu mimpi
ke pucuk-pucuk langit
melesatkan beribu doa
mengetuk lamat gerbang-gerbang wingit
bunga-bunga harapan menebar
pada gelombang duka melintang
:berserak buih-buih cinta
kami, dan segala yang ada
menitikkan beribu maaf
di cemerlang pelupukMu
Amin
01 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
angin tajam menikam
jantung malam
cahaya langit luruh
menyelami sepi
lalu malam mengantarkan beribu mimpi
ke pucuk-pucuk langit
melesatkan beribu doa
mengetuk lamat gerbang-gerbang wingit
bunga-bunga harapan menebar
pada gelombang duka melintang
:berserak buih-buih cinta
kami, dan segala yang ada
menitikkan beribu maaf
di cemerlang pelupukMu
Amin
01 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
Dalam Pengungsian
:Gaza-Palestina
Kami berserak di sini
dalam balutan angin dan debu-debu
bersujud di hamparan dingin, di bawah langitMu
hari-hari yang tersisa adalah doa
membantu meringankan tangis dan duka kami
serupa cahaya
walau terkadang ketakberdayaan menerpa
manakala satu-persatu diantara kami
pergi dalam gulungan kabut pagi
hingga detik merangkak begitu lemah
mengejar mimpi dalam deru nyanyian
tentang kemerdekaan,
yang masih tersembunyi di balik bayang tabir kepiluan
lalu batin kami kembali tergetar
menyambut uluran gerimis peperangan
hingga mengantarkan kami ke gerbang ambigu
apakah segala pengorbanan adalah sebentuk kesia-siaan?
ataukah ini semua atas cintaMu?
maka biarkanlah kami menyatu
merajut berjuta harapan
di sudut-sudut pengungsian
04 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
Kami berserak di sini
dalam balutan angin dan debu-debu
bersujud di hamparan dingin, di bawah langitMu
hari-hari yang tersisa adalah doa
membantu meringankan tangis dan duka kami
serupa cahaya
walau terkadang ketakberdayaan menerpa
manakala satu-persatu diantara kami
pergi dalam gulungan kabut pagi
hingga detik merangkak begitu lemah
mengejar mimpi dalam deru nyanyian
tentang kemerdekaan,
yang masih tersembunyi di balik bayang tabir kepiluan
lalu batin kami kembali tergetar
menyambut uluran gerimis peperangan
hingga mengantarkan kami ke gerbang ambigu
apakah segala pengorbanan adalah sebentuk kesia-siaan?
ataukah ini semua atas cintaMu?
maka biarkanlah kami menyatu
merajut berjuta harapan
di sudut-sudut pengungsian
04 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
Segurat luka panjang
: Palestina
Membentang pilu
berjuta perih menikam jantung rindu
melindas tuntas anak-anak senyum,
dalam buaian tawa nyanyian
tanah merdeka
sayap-sayap harapan melesat
menggamit pergi tudung-tudung cinta,
menguapkan berjuta nafas pengorbanan
dan hanya menyisakan puing-puing derita tak berkesudahan
pada negeri kami
yang seperti tak lagi mampu menupang
tiang-tiang perjuangan
entah sampai kapan
damai menjarak dari punggung kami
dan mengguratkan sebentuk luka yang panjang
pada langkah-langkah kehilangan
mengheningkan tangisan untuk negeri kami
melelapkan segala mimpi
dalam duka cita abadi
04 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
Membentang pilu
berjuta perih menikam jantung rindu
melindas tuntas anak-anak senyum,
dalam buaian tawa nyanyian
tanah merdeka
sayap-sayap harapan melesat
menggamit pergi tudung-tudung cinta,
menguapkan berjuta nafas pengorbanan
dan hanya menyisakan puing-puing derita tak berkesudahan
pada negeri kami
yang seperti tak lagi mampu menupang
tiang-tiang perjuangan
entah sampai kapan
damai menjarak dari punggung kami
dan mengguratkan sebentuk luka yang panjang
pada langkah-langkah kehilangan
mengheningkan tangisan untuk negeri kami
melelapkan segala mimpi
dalam duka cita abadi
04 Juni 2010 (Jumadil Akhir 1431 H)
Langganan:
Postingan (Atom)