Bianglala
Kini biarkan aku duduk dengan sabar
di sudut selasar
menanti gemuruh petir reda
setelah itu aku akan berjalan
menuju tepian samudra
menjemput selengkung bianglala
yang terpalung di relung hujan
untuk kuselendangkan di pundak duka
Karunia yang terlahir dari ruh cahaya
Jakarta, 28 April 2011 (Jumadil Awal 1432 H)
Note: diambil dari puisi balasanku teruntuk puisi malaikat kecil-di buma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar