Rabu, 04 Januari 2012

10 Puisi Mini

Kelam

gemulung awan
menjadi rintik hujan
di tengah kolam
ikan-ikan menyelam
menjemput cahaya
dari kelam


Di Batu Sepi

di batu sepi
debu-daun menepi
setelah hujan reda
kau memasang lentera
di ufuk jingga menyala
kini langit tlah bersalin rupa
kita menggenapi segala lupa


Sabar

kusinggahi malam
dalam cahaya langit yang jatuh
gemebyar
biarkan gambar dukaku memudar
hingga kanvas hatiku kian lembar


Pada Tikar

pada tikar lusuh ini
waktu singgah
dan pergi
malam mengejawentah
segala mimpi
keningmu berkisah
di tiap anyaman ini


Gerimis

gerimis datang
kubawa langkah pulang
pintu terbuka
kucari suaramu
ke segala penjuru


Kincir

putaran kincir
butir waktu bergulir
awal dan akhir
lumpur lebur ke akar
tangis ziarah fajar


Lepas

menitis hujan
hembusan angin senja
hening lautan
bakung dalam jambangan
lerai tiap kenangan


Gambar

selembar kertas terbang
singgah di bangku taman
gambar wajahmu
kenangan berlepasan
dari sekat mimpiku


Kisahmu

akhirnya tibalah musim itu
bumi di selimuti salju, katamu
hanya ada wajah-wajah dingin
dalam mantel-mantel tebal berbulu
berkelebat ke segala arah
mencari anggur yang tumpah


Di Pesarehan

hanya batu-batu sunyi
tersepuh matahari
daun-daun kering jatuh
dari ranting mahoni
beribu-ribu nyeri
melantakkan diri
seandainya bisa kembali bermula
kulebur doa menjadi baka

(2011)

Re: Curhits Kantoran

(Mba Ingrid, Malaikat kecil)

lalu tak lupa ia selipkan pula sekelumit kata-kata dalam hatinya. kata-kata yang nanti akan ia rangkai menjadi nyanyian puisi yang selalu ia tandai di antara senar tua dawai. dengan begitu ia merasa sudah mampu melewati sepi di hari ini. hingga rongga yang ada itu tidak terlalu terasa kosong.

lantas ia membawa gerak langkahnya bergegas melintas ruang-ruang yang ia anggap begitu senyap. hingga jejaknya yang tipis perlahan hilang dan menjadi kalis tersapu gerimis atau mungkin juga tangis.

namun ia selalu merasa lega telah menyembunyikan itu semua. di dalam ingatannya, di dalam kenangannya.


Salam Mba Ingrid, duh, maaf ya nimburungnya ga bisa sabagus karyamu mba.... :D
(sahabatku di BuMa)

Re: Bunga-bunga Putih Franky

Musim Bunga Telah Pergi


Oh -musim bunga- itu kini gugur
tak kulihat lagi -anakanak bertopi koran-
di simpangsimpang jalan

semoga padi masih terus menguning
menyemaikan petakpetak harapan
dan angin menggemakan tembang
tentang -lelaki dan rembulan-

hingga kulihat burungburung berdatangan
mengiringi tembangmu melepas selamat jalan

memoar of Franky Sahilatua
sang "Lelaki dan Rembulan"
wafat di Jakarta, Rabu 20 April 2011

*puisi balasanku teruntuk puisi mas Khamid Istakhori sahabatku di BuMa...Puisi persembahan teruntuk Penyanyi legendaris yang berpulang ke pangkuan Ilahi...Franky Sahilatu...Selamat Jalan Abang...

Bianglala

Bianglala

Kini biarkan aku duduk dengan sabar
di sudut selasar
menanti gemuruh petir reda
setelah itu aku akan berjalan
menuju tepian samudra
menjemput selengkung bianglala
yang terpalung di relung hujan
untuk kuselendangkan di pundak duka

Karunia yang terlahir dari ruh cahaya


Jakarta, 28 April 2011 (Jumadil Awal 1432 H)

Note: diambil dari puisi balasanku teruntuk puisi malaikat kecil-di buma