Selasa, 22 Februari 2011

Pelangi

Asal muasal warnamu adalah matahari yang bersarang di pelupuk hujan yang datang.

Lalu malaikat berkelebat dalam kilat, mendekap doadoa yang terucap, melesatkannya ke palung samudra. Menyuling rerupamu dalam balutan kecantikan sebegitu rupa,
melampaui tujuh kerling cahaya.

Dan aku, hanyalah seonggok kepiting. Bersarang dan berbaring di dada karang dan liang-liang hening, tak lelah mengejarmu hingga ke ujung samudra. Dimana ombak berderak sedia mendamparkanku, mencelupkan nadi cintaku ke lekuk tumitmu hingga menjadi ungu, serona malu,
di pipi senja.

Walau tak kumungkiri kau tidak akan mengerti. Bagaimana perjuanganku menggapaimu. Lantaran aku begitu jauh tersembunyi. Tersembunyi di tubir mimpi, di gigir sepi, melubangi karang menjadi liangku sendiri.

Sementara kawanan burung dari manyar, camar hingga kelelawar, tak hentihenti mengejar dimana pangkalmu berdiri dan lengkungmu menepi.

Melambaikan kelezatan rindu yang seperti tak pernah usai
bagiku
dan bagi mereka yang telah sampai
beruluk salam pada pantai.

Jakarta, 8 Desember 2010 (02 Muharam 1432 H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar